Thursday 28 September 2017

Terbang di Atas Bandar Udara Halim Perdahakusumah Selama 1 jam 2o Menit Sebelum Mendarat

Ini kisah penerbangan yang tidak dapat saya lupakan, baru terjadi kemarin, tanggal 28 September 2017. Ini kisah tentang pengalaman penerbangan yang tidak dapat saya lupakan. Kisah saya sebelumnya ialah tentang menunggu Clearing Passport/ Visa saya di Airport International Bangkok, di mana saya katakan waktu penerbangan lebih pendek 10 kali lipat daripada waktu menunggu pengecekan passport di airport. Tunggu dari malam sampai esok paginya.

Pesawat CitiLink.co.id
Kemarin saya terbang dengan CitiLink (Anak perusahaan Garuda Indonesia) dari Yogyakarta ke Halim Perdahakusumah Jakarta.

Firasat jelek saya muncul malam sebelumnya. Waktu itu jam 7 petang saya harus berangkat. Tetapi menyelang jam 7 petang itu, sekitar jam 6.45, terjadilah hujan deras mengguyur Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Saya tidak tahu kalau hujan juga mengguyur seluruh DIY, tetapi di Maguwo memang hujan lebat.

Saya tidak perdulu dengan hujan, saya panggil Go-Car, produk Go Jek, dan memang GoCar datang menjemput. Sayapun naik ke dalam mobil.

Perjalanan dalam mobil akan ditempuh kurang dari 15 menit, karena tempat Cafe Papua (BANANA Leaf Cafe) Yogyakarta tidak terlalu jauh dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Tiba-tiba saya terpikir tentang pengalaman "Suara Alam" yang pernah saya abaikan, akhirnya saya bertemu dengan banyak persoalan di dalam perjalanan. Saya pernah alami juga di kampung halaman saya. Waktu itu sebelum saya berangkat dengan pesawat, malamnya hujan lebat, sampai pohon juga tumbang di jalan-jalan. Tak menghiraukan itu, saya pernah menaiki pesawat, dan pesawat itu menjadi tidak bisa terbang. Saya balik ke rumah.

Pengalaman tahun 2010 ini mengingatkan saya, dan saya-pun putuskan untuk menunda penerbangan sampai esok hari. Saya terpaksa membayar biaya tambahan untuk menginap sebentar semalam di Yogyakarta.

Keesokannya saya masih merasa keberatan. Tetapi satu hal yang jelas dan yang menjadi alasan tadi malam saya tidak berangkat adalah hujan. Dan pagi kemarin tidak ada hujan di Yogyakarta. Sayapun memutuskan untuk harus berangkat ke Jakarta. Soalnya ada yang beli kopi di bukalapak.com saya tetapi saya belum kirim sudah dua hari lewat.

Memang ada rasa tidak enak masih ada. Tetapi saya rasa tidak ada alasan untuk perasaan itu. Maka saya mengabaikannya.

Baik take off dengan baik, terbang-pun aman-aman saja. Giliran mau mendarat baru ketahuan ada masalah. Sang kapten penerbangan mengumumkan bahwa berhubung kepadatan lalu-lintas di bandara, maka kami diperintahkan untuk menunggu di Indramayu dan sekitarnya selama 50 menit.

Saya mulai pikir-pikir, 50 menit ini bukan waktu yang pendek, hanya kurang 10 menit dari total penerbangan dari Yogyakarta ke Jakarta yang biasa kita tempuh dalam tempo 60 menit atau 1 jam.

Saya bersabar dan berdoa. Saya-pun mengantuk dan tertidur.

CitiLink di Banara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta
Setelah 50 menit kemudian, sang kapten meminta maaf lagi. Saya sudah tahu meminta maaf lagi berarti pasti penundaan lagi untuk mendarat. Tetapi hati saya katakan, bagaimana dengan bahan bakar pesawat ini?

Sang kapten katakan, kita harus tunggu 25 menit lagi, dan meminta maaf lagi.

Dari sini saya sudah tidak tenang. Denyut jantung saya berubah, dari was-was menjadi agak panik. Saya melihat ke sekeliling, semua penumpang kok tenang-tenang saja. Ada yang tidur, ada yang bicara-bicara, ada yang main HP dan laptop mereka. Saya berusaha menenangkan diri tetapi masih terbayang berbagai macam hal yang bisa terjadi di waktu-waktu lampau.

Saya juga berpikir memang tadi pagi ada rasa tidak enak, dan hati saya sudah katakan tidak usah berangkat. Tetapi saya paksakan. Mungkin ini yang dimaksud hati saya.

Akhirnya kami tiba di Bandara dengan selamat, dan sayapun melangkah menunju ke tempat kontrakan saya.